Kamis, 17 Maret 2011

BIOGRAFI (2) IMAM LAPEO KEDUA & KEEMPAT

foto A'ba Soppeng di usia Pensiun (sekitar tahun 1997)
KH. Nadjmuddin Thahir  
Imam Masjid Lapeo ke-2 dan ke-4 
Beliau adalah salah seorang putra Imam Lapeo H. Muhammad Thahir.
Tahun kelahiran tidak diketahui secara pasti. Ada yang menyatakan lahir tahun 1910, namun yang tercantum dalam ijazah adalah tahun 1919.  Beliau wafat pada tgl.15 April 1999 jam 06.00 WITA di RSU Polewali dan dikebumikan pada sore harinya di kompleks Masjid Nurut Taubah Lapeo tepat di sisi makam Ayahandanya yang telah menjadi Makam Cagar Budaya.   Imam Masjid Lapeo ke-2 dan ke-4 ini pada waktu itu meninggalkan 2 isteri dan seorang mantan isteri, 14 anak dan 37 cucu.
Dalam berbagai kesempatan semasa hidup beliau sering menuturkan kisah-kisah menyangkut kehidupan Imam Lapeo kepada anggota keluarganya dalam versi yang menurut beliau terjaga orisinalitasnya. Namun agak berbeda dengan putra-putri Imam Lapeo yang lain, Almarhum menghindar untuk menceritakan kisah tentang Imam Lapeo yang tidak memenuhi salah satu kriteria berikut ini: 
  1. Kisah yang dituturkannya melibatkan langsung dirinya sebagai salah seorang pelaku dalam kisah tersebut.
  2. Bilamana kisah tersebut terjadi pada masa dimana beliau belum lahir atau ketika peristiwa berlangsung beliau tidak berada di tempat itu, maka kisah yang disampaikannya adalah harus merupakan penuturan langsung dari Almarhum Imam Lapeo (ayahanda beliau) dan didengarkan langsung oleh beliau di tempat kisah tersebut disampaikan.
Oleh sebab itu, kisah yang dituturkan beliau lebih sedikit dan agak berbeda bila dibandingkan cerita tentang Imam Lapeo dari versi umum yang selama ini telah beredar. Namun, sebagaimana kisah Imam Lapeo yang lain, hampir belum pernah ada anak keturunan almarhum yang merilis kisah tersebut secara tertulis, dan hampir tidak pernah lagi diteruskan ke cucu-cucu beliau.
KH. Nadjmuddin  Thahir  bergelar  Innangguru Unding.  Beliau menjadi Imam Masjid Nuruttaubah Lapeo sebenarnya dalam dua periode.  Periode pertama  adalah sejak Almarhum H.Muhammad Tahir wafat pada tahun 1951. Dan periode kedua adalah setelah beliau pensiun dari PNS dan Imam penggantinya di periode pertama meninggal dunia.
Sekitar  tahun 60-an  beliau terangkat jadi Hakim Agama Islam (PNS)  di Kantor Pengadilan Agama Kab. Majene  sehingga  pada masa itu  bersama keluarga berdomisili di Majene.  Sebagai pengganti, Masjid  Nurut Taubah Lapeo kemudian diimami oleh H.M.Hanafi (mohon disunting bila penulisan nama  keliru).   
Antara tahun 1968-1969 beliau mutasi promosi menjadi  Ketua Pengadilan Agama Kab. Soppeng dan berdomisili di Watang Soppeng.  Inilah sebabnya Innangguru Unding juga dikenal dengan gelar  A’ba Soppeng  di kalangan keluarga. Dalam masa tugas di daerah  inilah putra bungsu beliau, Silmi Nathar (A'ba Mimi) dilahirkan.
Tahun 1979, beliau pensiun dan kemudian menjalani masa pensiunnya kembali ke kampung halaman di Kec. Campalagian, yang saat ini wilayah Kab.Polman. Bersama keluarga menempati rumah yang dibangun di atas tanah warisan ibunya di Desa Pappang yang berbatasan dengan Desa Lapeo.  Karena jarak rumah dan Masjid Nurut Taubah di Lapeo sekitar 1 Km, maka dalam keseharian beliau hanya sempat shalat jamaah Subuh dan Shalat Jum’at di Lapeo.
Tahun 1986, Imam Masjid Nurut Taubah Lapeo -yang menggantikan beliau sewaktu mutasi ke Majene- meninggal dunia. Beliau kemudian diangkat kembali menjadi Imam Masjid Lapeo pada periode kedua, hingga kemudian wafat pada tgl. 15 April 1999.
Berikut nama-nama Putra-putri Beliau  (generasi ketiga Lapeo) diurut dari yang berusia lebih tua:
  1. Hj. Ni’mah
  2. M. Djamaluddin
  3. Hj. Hikmah (almarhumah)
  4. H. M. Tsabit
  5. Hj. Nahdhah
  6. H. Muchlis
  7. Sitti Warfah
  8. Hj. Sitti Nadjmah
  9. Sitti Madjdah
  10. Sitti Sidrah
  11. Sitti Washliyah
  12. M. Zuhri
  13. Sitti Dirayah
  14. Silmi Nathar
(Lapeo Care, Nopember 2010)

1 komentar:

  1. sekedar info gambar diatas bukan imam masjid lapeo ke2 tapi yang ke3..,buat artikel jangan asal..,tlng diferifikasi ulang...,ttd cucu imam lapeo ke2

    BalasHapus